Air Mata di Tengah Apresiasi Dekan FEBI Sampaikan Belasungkawa dan Apresiasi untuk Ayah Wisudawan yang Telah Tiada
Padangsidimpuan, 12 April 2025 — Tangis haru menyelimuti prosesi Wisuda Sarjana ke-51 dan Pascasarjana ke-24 UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, ketika Sangkot Simanjuntak (50) naik ke atas panggung, bukan sebagai wisudawan, tetapi sebagai ayah dari almarhum Riski Agus Salim Simanjuntak — mahasiswa Program Studi Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan — yang dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik ketiga.
Riski meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis dua bulan sebelum hari wisuda yang seharusnya menjadi momen puncak perjuangannya. Namun, semangatnya tak pernah benar-benar pergi. Saat namanya dipanggil, suasana aula utama mendadak hening. Di tengah kesunyian itulah, sang ayah dengan langkah berat menerima ijazah atas nama putranya yang telah tiada. Momen ini menggugah hati seluruh yang hadir, dengan senat kampus berdiri memberikan penghormatan dan para hadirin menitikkan air mata.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Prof. Dr. Darwis Harahap, S.H.I, M.Si, turut memberikan komentar secara terpisah kepada humas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas momen penuh makna tersebut.
“Saya pribadi dan atas nama keluarga besar FEBI menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian almarhum Riski. Hari ini, kita tidak hanya menyaksikan kelulusan, tapi juga ketulusan cinta seorang ayah. Ketika beliau naik ke atas panggung membawa nama anaknya yang telah tiada, saya merasa seperti sedang melihat bukti nyata bahwa kasih sayang orang tua tak pernah lekang oleh waktu, bahkan oleh kematian.” terang Dekan.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Prof. Dr. Darwis Harahap, S.H.I, M.Si melanjutkan:
“Saya melihat ini, Ayahanda Sangkot Simanjuntak bukan hanya menerima ijazah, beliau membawa serta harapan dan mimpi anaknya yang belum sempat diwujudkan. Saya sungguh tersentuh, karena ini adalah pelajaran hidup bagi kita semua—bahwa pencapaian akademik tak hanya tentang gelar, tapi tentang pengorbanan, cinta, dan keteguhan hati.” lanjut Dekan.
Menurut Prof. Darwis, momen ini bukan sekadar catatan dalam sejarah wisuda, tetapi juga menjadi warisan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur di lingkungan akademik.
“Kami di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam percaya, bahwa pendidikan harus menyentuh hati, bukan hanya mengasah akal. Dan hari ini, kita belajar bahwa makna wisuda tak hanya tentang pencapaian, tapi juga tentang mengenang, menghargai, dan mencintai,” pungkasnya.
Momen kehadiran ayah Riski telah menjadi sorotan penuh emosi dalam seremoni wisuda, menyisakan pelajaran mendalam tentang cinta orang tua, tentang kehilangan yang tak tergantikan, dan tentang penghormatan yang abadi bagi mereka yang telah berjuang hingga akhir hayat.
0 Comments
Leave Your Comment